lenterakalimantan.com, TAPIN – Suasana haru dan penuh kekhusyukan menyelimuti Masjid Darussalam Cangkring, Rantau, Sabtu (3/5/2025). Ribuan jamaah dari berbagai daerah memadati lokasi untuk mengikuti Haul ke-20 Abuya Guru Cangkring KH. Ali Noordin Ra, seorang ulama karismatik yang sangat dihormati dan dicintai masyarakat Kalimantan Selatan.
Dari para santri, murid, pengikut, hingga masyarakat umum tumpah ruah dalam satu majelis ilmu. Tidak hanya masyarakat biasa, sejumlah tokoh penting juga turut hadir. Di antaranya, Bupati Tapin H. Yamani, tokoh masyarakat Muhammad Syarifuddin, serta Hj. Masrupah, mantan Pj. Bupati Tapin tahun 2023. Kehadiran mereka menunjukkan betapa kuatnya pengaruh dan teladan Abuya KH. Ali Noordin Ra dalam membentuk nilai-nilai spiritual dan sosial di tengah masyarakat.
Majelis haul dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan lantunan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang menggema syahdu. Hati para jamaah seolah ditarik dalam pusaran kerinduan terhadap Rasulullah SAW dan para pewaris ilmunya.
Dalam suasana yang penuh keberkahan itu, para alim ulama dan habaib yang hadir tampak membawa ketenangan tersendiri. Mereka adalah para mursyid yang dikenal mendalam dalam ilmu syariat, tarekat, dan marifat. Beberapa di antaranya adalah murid langsung dari Abuya KH. Ali Noordin Ra, yang mengantongi ijazah spiritual dan intelektual dari beliau.
Para ulama ini tidak hanya dikenal dari sisi keilmuan aqli (rasional) dan naqli (tekstual), namun juga dikenal sebagai sosok yang memiliki kebijaksanaan tinggi. Mereka memahami politik para raja, serta mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya – sebuah sifat yang senantiasa diajarkan Abuya semasa hidupnya.
Menariknya, para ulama yang hadir dalam haul ini tidak bersikap taqlid terhadap satu mazhab saja. Mereka mengamalkan pemahaman dari empat mazhab besar, yakni Imam Syafi’i Ra, Imam Hanafi Ra, Imam Ahmad bin Hanbal Ra, dan Imam Malik Ra. Dengan begitu, pemahaman mereka menjadi inklusif dan membuka ruang kearifan dalam setiap perbedaan.
H. Alunk, putra dari Abuya KH. Ali Noordin Ra, mengungkapkan bahwa semula tausiyah haul akan disampaikan langsung oleh Habib Jamal Ra dari Martapura, Kabupaten Banjar. Namun karena ada halangan, beliau mengutus salah satu muridnya yang juga seorang habib untuk menggantikan. Meski tidak hadir secara langsung, kehangatan pesan dan ruh keilmuannya tetap terasa mengisi majelis.
“Alhamdulillah, tak sia-sia kami mencintai ulama dan guru kami ini semata-mata karena Allah Ta’ala,” ujar seorang jamaah dengan mata berkaca-kaca, diamini oleh keluarga dan jamaah lainnya.
Haul bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi menjadi momen penting untuk mengenang jasa ulama, mempererat ukhuwah, serta menyambung silsilah keilmuan dan keberkahan. Dalam haul ini, jamaah juga menikmati suasana penuh silaturahmi, tahlilan, pembacaan Al-Qur’an, tausiyah, hingga santunan dan sedekah bagi sesama.
Gemuruh dua kalimat syahadat yang bergema dalam tahlil, seakan memanggil turunnya malaikat rahmat ke tengah majelis. Banyak jamaah mengaku merasakan kehadiran ruhani Rasulullah SAW yang membimbing hati mereka untuk kembali bertobat dan memperbaiki diri.
Haul ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjalani hidup dengan meneladani para guru dan ulama, serta menyerahkan seluruh amal kepada Allah Ta’ala semata, dengan prinsip Rabbaniyatul Ilmi – ilmu yang bersandar kepada Rabb semata.
Di akhir majelis, suara doa menggema penuh harap. Jamaah memohon agar Allah selalu meninggikan derajat sang guru, Abuya KH. Ali Noordin Ra, di sisi Rasulullah SAW.
“Ya Allah, tinggikan derajat guru kami, Abuya KH. Ali Noordin Ra. Satukan beliau dengan kekasih-Mu, Nabi Muhammad SAW. Curahkan syafaat Rasulullah kepada kami, murid-murid dan jamaah yang mencintai beliau karena-Mu. Karuniakan kepada kami kehidupan yang Engkau ridhai dan akhir hayat yang husnul khatimah. Aamiin.”
Haul ke-20 Abuya KH. Ali Noordin Ra bukan hanya menjadi peristiwa spiritual, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk terus menebar kebaikan, meneladani sifat bijaksana, dan membumikan kasih sayang di tengah kehidupan bermasyarakat.
Penulis: Nasrullah
Editor: Muhammad Tamyiz