lenterakalimantan.com, MARTAPURA – Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin melakukan kegiatan pengamatan terhadap tradisi adat pemakaman masyarakat Dayak Kaharingan, di Desa Inpres, Kecamatan Paramasan Atas, Kabupaten Banjar. Mengusung tema “Pelestarian Budaya dan Pembelajaran Lintas Agama”, kegiatan digelar Jum’at (24/10/25).
Dalam kegiatan yang berlangsung sejak pagi hingga siang hari, para mahasiswa berkesempatan untuk menyaksikan langsung prosesi pemakaman adat masyarakat Dayak Kaharingan. Tradisi dimulai dengan penyambutan tamu melalui ritual makan bersama. Uniknya, makanan tidak benar-benar disantap, melainkan hanya dicolek sedikit lalu ditempelkan di kaki atau leher, sebagai simbol penghormatan terhadap arwah yang telah meninggal dunia.
Selanjutnya dilakukan pembagian pakaian milik almarhum dan penyembelihan ayam sebagai wujud pelunasan janji atau niat untuk kesembuhan. Setelah itu, prosesi berlanjut menuju tempat pemakaman yang disebut Matukung, berjarak sekitar setengah jam perjalanan melewati hutan dan sungai.
Setibanya di lokasi pemakaman, masyarakat melaksanakan upacara penguburan yang berlangsung sekitar satu setengah jam. Meski terdapat kemiripan dengan tata cara pemakaman dalam Islam, tradisi ini memiliki ciri khas tersendiri, seperti penggunaan seng sebagai penutup kubur agar tidak basah, serta kebiasaan setiap pengantar membawa parang sebagai simbol perlindungan dan penghormatan.
Usai penguburan, keluarga almarhum meletakkan berbagai perlengkapan seperti pakaian, uang, sabun, gayung, piring, dan ember di atas makam sebagai simbol bahwa arwah masih memiliki kebutuhan layaknya manusia hidup. Bambu runcing juga ditancapkan di atas makam untuk mencegah roh kembali ke rumah.
Tradisi kemudian dilanjutkan dengan penaburan banih (beras), ritual mengelilingi makam, serta mencelupkan kaki ke dalam paring (bambu berisi air) sebagai simbol penyucian diri. Parang-parang yang digunakan juga dibersihkan di sungai agar tidak membawa energi negatif ke rumah masing-masing. Sebelum benar-benar kembali ke rumah, warga kembali mencelupkan kaki di tempat berbeda dengan ritual serupa sebagai penutup prosesi.
Keterlibatan Mahasiswa Jadi Pengalaman Berharga
Mahasiswa UIN Antasari, Dimas Arysyachlevy, menyampaikan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam pengamatan tradisi pemakaman adat Dayak Kaharingan merupakan pengalaman yang sangat berharga
“Kegiatan ini bukan hanya tentang pengamatan budaya, tetapi juga tentang pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi. Kami belajar bagaimana masyarakat Dayak Kaharingan menjalankan tradisi mereka dengan penuh penghormatan terhadap kehidupan dan kematian,” ujar Dimas.
Ia menambahkan bahwa pengalaman tersebut membuka wawasan mahasiswa untuk lebih menghargai keberagaman budaya dan keyakinan yang ada di Kalimantan Selatan.
“Kami merasa bersyukur dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Desa Inpres. Melalui kegiatan ini, kami bisa memahami bahwa pelestarian budaya dan keharmonisan antarumat beragama dapat berjalan berdampingan.” tambahnya.
Dimas juga berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilanjutkan.
“Semoga kegiatan seperti ini bisa menjadi contoh bagi mahasiswa lain agar tidak hanya fokus pada pengabdian sosial, tetapi juga turut melestarikan nilai-nilai kearifan lokal dan membangun rasa saling menghargai di tengah perbedaan,” tutupnya.
Kegiatan ini menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa UIN Antasari, karena selain mengenal lebih dekat kearifan lokal masyarakat Dayak Kaharingan, mereka juga belajar tentang pentingnya toleransi, pelestarian budaya, serta penghormatan terhadap tradisi keagamaan lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Editor: Rizki


















