PT di Indonesia Mahal, Begini Tanggapan Keras Dema FEBI UIN Antasari Banjarmasin

Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Dema FEBI) UIN Antasari Banjarmasin dengan tegas memberikan tanggapan terkait mahalnya biaya pendidikan tinggi (PT) di Indonesia. Foto: Baha/lenterakalimantan.com
Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Dema FEBI) UIN Antasari Banjarmasin dengan tegas memberikan tanggapan terkait mahalnya biaya pendidikan tinggi (PT) di Indonesia. Foto: Baha/lenterakalimantan.com

lenterakalimantan.com, BANJARMASIN – Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Dema FEBI) UIN Antasari Banjarmasin dengan tegas memberikan tanggapan terkait mahalnya biaya pendidikan tinggi (PT) di Indonesia.

Dalam pernyataannya, Dema FEBI tidak segan-segan untuk mengkritik pernyataan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menyebut pendidikan tinggi hanya sebagai “Tertiary Education”.

Bacaan Lainnya

Menurut Ketua Dema FEBI, Husein Fakhrezi pandangan tersebut menunjukkan betapa sempitnya pemahaman pemerintah terhadap pentingnya akses PT bagi masa depan bangsa.

“Kalau pendidikan tinggi hanya dianggap sebagai ‘tertiary education’, maka mungkin para pejabat kita perlu kembali ke bangku kuliah untuk belajar arti sebenarnya dari pendidikan bagi pembangunan negeri. Atau mungkin mereka hanya menginginkan generasi muda kita hanya cukup sampai tahap ‘primary’ dan ‘secondary’ saja, supaya tidak banyak yang bisa mengkritik mereka di kemudian hari,” ujarnya.

Dema FEBI menegaskan bahwa mereka akan terus mengawal isu ini dan mengajak seluruh mahasiswa di Indonesia untuk bersatu memperjuangkan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.

“Kami akan terus bersuara, bukan hanya demi kami yang sedang menempuh pendidikan saat ini, tetapi juga demi adik-adik kami dan generasi mendatang. Pendidikan bukanlah barang mewah, melainkan hak dasar setiap warga negara yang harus dijamin oleh pemerintah,” tutur Husein.

Dema FEBI, Sekretaris Departemen Advokasi Syahri Mahmudi pun menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah tingginya biaya pendidikan.

Mereka menilai pemerintah tidak serius dalam mengupayakan solusi yang dapat meringankan beban mahasiswa dan orang tua.

“Mungkin pemerintah beranggapan bahwa pendidikan tinggi adalah barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berpunya. Jika demikian, kami sarankan agar mereka mengganti slogan ‘Merdeka Belajar’ menjadi ‘Merdeka dari Belajar’ bagi mereka yang tidak mampu membayar,” ucapnya.

Ia mengatakan Dema FEBI juga menyoroti ironi alokasi anggaran pemerintah yang lebih banyak dihabiskan untuk hal-hal yang tidak mendesak daripada sektor pendidikan.

“Rupanya, pemerintah kita lebih gemar menghamburkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur megah yang bisa dipamerkan, ketimbang investasi jangka panjang berupa pendidikan generasi muda. Mungkin mereka lupa, jembatan emas pun tak berarti jika tak ada generasi terdidik yang mampu memanfaatkannya,” tambah Syahri.

Dema FEBI UIN Antasari Banjarmasin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memperjuangkan hak pendidikan yang lebih baik dan terjangkau bagi semua. Sebab, pendidikan adalah pondasi utama dalam membangun masa depan bangsa yang lebih cerah dan berkeadilan.

Pos terkait